Selasa, 28 Juli 2015

Senja yang Berbeda (Part 2)

Hampir 3jam dia tak membalas pesanku, perasaanku mulai tak enak, pikiranku mulai kemana-mana. Ditelfon pun gak diangkat, aku pun memutuskan untuk menyusul ke tempat dimana ia sedang berkumpul bersama temannya.

Sampai disana, tempat makan itu cukup ramai, aku pun cukup sulit untuk mencarinya. Dari jauh kulihat sosoknya sedang bersama laki-laki lain, asyik berfoto dengan laki-laki itu. Siapa dia? Aku pun segera menghampirinya.

"Senja!" Teriakku
"Denis, ngapain kamu kesini?" Senja heran.
"Kamu ngapain mesra sama dia? Siapa dia?!" Ujarku dengan nada tinggi.
"Kamu gak liat, disini tuh banyakan. Bukan cuma aku sama dia aja, kamu tuh bisanya cuma bikin malu aku aja!" Senja pun lari meninggalkan tempat itu, aku pun bergegas mengejar senja.

"Senja dengerin aku dulu lah."
"Senja."
"Senja plis aku mohon stop, aku mau ngomong, kenapa sih kamu egois banget?"
"APA? Kamu bilang aku egois? Kamu yang egois, kamu selalu rusak acara aku, kamu selalu pengen tau urusan aku, aku juga punya privasi, aku juga punya dunia sendiri denis! Itu yang namanya egois, pikir!"
"Aku ga bermaksud kaya gitu sumpah, aku cuma khawatir karna kamu gak ada kabar, itu aja senja. Apa aku salah?"
"Salah, salah banget. Karna kekhawatiran kamu itu berlebihan, dan aku gak suka!"

Senja pun segera memberhentikan taxi, karna dia gak mau aku kejar lagi. Tuhan, apa bener yang dikatakan senja? Aku ini terlalu posesif? Aku bingung dengan keadaan kaya gini. Aku cuma tidak ingin kehilangan dia tuk kesekian kalinya. Maafkan aku Senja..

Keesokan harinya aku berniat meminta maaf pada Senja secara langsung, kubawakan dua batang coklat dan eskrim kesukaannya. Sesampainya disana, langsung ku ketuk pintu, tapi tak ada jawaban. Aku berniat menyimpan nya diteras, namun pada saat yang bersamaan, adiknya keluar membukakan pintu.

"Eh A denis, tetehnya gak ada A lagi keluar."
"Kemana ya de, sama siapa?"
"Kurang tau soalnya tadi dijemput sama temennya."
"Yah, kalo gitu Aa nitip ini ya buat teteh. Bilangin tadi A denis kesini. Makasih ya dek."
"Oh iya A, nanti aku sampein ya."
Di perjalanan, aku terus memikirkan senja, kemana dia pergi, ditelfon no nya gak aktif. Aku pun berniat ke rumah salah satu teman baiknya, siapa tau Senja lagi disana.

"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, eh denis ya? Masuk den."
"Aduh sorry ya nid, aku ganggu. Ada yang mau aku tanyain sama kamu."
"Santai aja, mau tanya soal apa emang den?"
"Kamu tau gak Senja pergi kemana hari ini? Soalnya aku telfonin no nya gak aktif terus."
"Duh kurangtau den, soalnya aku juga hari ini belum ada kontak."
"Gitu yah? aku takut dia pergi sama cowo lain nid."
"Sabar aja, nanti aku coba sms andin ya siapa tau senja lagi sama dia."
"Apa aku bisa minta alamat andin? Biar aku yang nyusulin senja sekalian."
"Oh oke aku bm in ke kamu ya."
"Sip, makasih banget ya nid. Aku pamit pulang dulu."
"Sama-sama, oke."

Rumah Andin gak begitu jauh dari rumah Nida, sekitar 500meteran. Baru mau nanya letak rumahnya, eh yang dicari ternyata lagi nangkring di teras.

"Andin ya?"
"Iya, A denis? Sama Senja A?"
"Iya aku Denis, aku kesini malah mau tanya apa Senja lagi sama kamu?"
"Enggak kok, aku daritadi sendirian aja A. Bukannya tadi tuh..."
"Tadi apa din?"
"Nggak ko, ya aku kirain tadi tuh emm.. Kirain A denis kesini sama Senja, soalnya kan Aa gak tau rumah aku disini. Iya kan A?"
"Ohhh. iya aku tau rumah kamu dari Nida. Aku mau nyari Senja, dia ngambek sampe sekarang gara-gara masalah semalem. Dan gak ada kabar."
"Kemana tu bocah ya? Aku gak tau A, sumpah deh. Biasanya sih kalo main main gitu dia suka cerita A."

Aku gak tau harus ngomong apalagi, kemana Senja? Sama siapa dia sekarang? Sahabatnya pun gak ada yang tau, tapi Andin kok kaya yang gelagapan gitu ya, apa Andin tau sesuatu. Ahh, aku harus positif thinking. Semoga kamu baik-baik disana Senja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar